Monday, September 1, 2008

Jangan Tinggalkan Aku Mama

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwaanak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannyakepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan.Namun Sam mencegah niat buruk itu.. Akhirnya terpaksasaya membesarkannya juga.

Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembaliseorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica.Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kamimengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anakyang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stelpakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnyadengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataansaya.

Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yangsemakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuatsaya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiransaya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkanbegitu saja.

Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjualuntuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telahberlalu sejak kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. UsiaPernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifatburuk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikitdemi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan.Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.

Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak..Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah saya.Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama saya? Saya linducekali pada Mommy!"
Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya,"Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?" "Nama saya Elic, Tante." "Eric? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?"

Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagaiperasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tibaterlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah filmyang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnyaperbuatan saya dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, sayaharus mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak pisau yangakan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Ericmelintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric...

Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Braddengan pandangan heran menatap saya dari samping. "Mary, apa yang sebenarnya terjadi?""Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yangtelah saya lakukan dulu." Tapi aku menceritakannya juga denganterisak-isak. ..Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yangbegitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluardari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat padagubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringatbetapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric..

Eric...Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Denganperasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintuyang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali... Tidak terlihat sesuatu apapun! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangankecil itu.. Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanyaada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambilseraya mengamatinya dengan seksama... Mata mulai berkaca-kaca, sayamengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang duludikenakan Eric sehari-harinya...

Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya punkeluar dari ruangan itu.... Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itusaya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobiluntuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang dibelakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelapsekali.

Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata iaseorang wanita tua.. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tibamenegur saya dengan suaranya yang parau.
"Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!"Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal denganseorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?" Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk!Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini,Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, 'Mommy..., mommy! Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggalBersama saya.Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulanyang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulissetiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu..."

Saya pun membaca tulisan di kertas itu..."Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi.....?Mommy marah sama Eric, ya? Mom,biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanjikalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom..."

Saya menjerit histeris membaca surat itu."Bu, tolong katakan... katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akanmeyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolongkatakan..!!" Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

"Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telahmeninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangatkurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan dibelakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabilaMommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalamsana ... Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubukini.... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terusbersikeras menunggu Nyonya di sana . Nyonya,dosa anda tidak terampuni!"

Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.

(kisah nyata dari Irlandia Utara)

Copyright © 2004 SUARA MERDEKA

No comments:

Post a Comment